Pengikut

Selasa, 01 Maret 2011

MED OMEDAN

PENDAHULUAN

Masyarakat Banjar Kaja Sesetan melakukan tradisi omed-omedan/med-medan ini demi mencapai kenyamanannya dalam menapakkehidupan yang lebih harmonis, setidaknya pada tatanan keluarga, banjar,dan desa. Tradisi ini dilakukan sehari setelah Nyepi (Ngembak Geni).Kalau toh orang luar ikut berperan serta, itu ada aturan prosesi yang harus diikuti karena kegiatan ini mengandung nilai spiritual magis, dan hanya bisa dirasakan oleh pelakunya. Med-medan dilakukan bukan secara paksa. Pelakunya semua merasakan itu adalah kewajiban yang harus dilakukan dan prosesinya harus melakukan persembahyangan bersama terlebih dulu. Pandangan kami terhadap tradisi itu adalah yang di Bali disebut dresta, yang juga berupa aturan di masyarakat Desa Sesetan yang disebut dengan Catur Dresta: Purwa Dresta (aturan-aturan masa permulaan), Desa Dresta (aturan menurut keadaan desa setempat), Sastra Dresta (aturan menurut ajaran yang tersebut di dalam kitab), Loka Dresta (aturan menurut keadaan zaman). Alasan lainnya, konsekuensi praktis dari agama sejati adalah kehidupan yang diabadikan untuk memenuhi kehendak Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang terimplementasi pada ajaran Catur Guru. Mengenai warga negara asing (Taiwan, bukan Jepang) yang ikut dalam prosesi, dia itu adalah seorang artis. Memang dia sendirilah yang memohon supaya diizinkan untuk ikut dan dia mau mengikuti sesuai dengan aturan prosesinya. Mengenai tujuan komersial buat turis-turis asing, sampai saat ini dari pihak-pihak penyelenggara praktik ke arah itu tidak ada. Kegiatan itu merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh warga Teruna-Teruni Satya Dharma Kerti, Banjar Kaja, Desa Sesetan, untuk menangkal hal-hal negatif yang mungkin akan bisa menimpa warganya bila prosesi itu tidak dilaksanakan. Mengenai tidak diperbolehkannya melakukan adegan seperti itu menurut ajaran agama, kami lebih tepat tidak berkomentar. Alasannya, kita hidup dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang Bhineka Tunggal Ika yang berbeda-beda agama dan suku. Sedangkan dalam satu agama pun tumbuh perbedaan penafsiran. Kami harapkan hal ini bisa dimaklumi.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

OMED - OMEDAN

Med-medan, menurut sumber setempat, berasal dari kata omed-omedan yang artinya saling tarik. Med-medan dulunya hanyalah sebuah kebiasaan, tetapi belakangan dijadikan tradisi yang sakral.  Disebutkan, tradisi med-medan muncul bermula dari sembuhnya seorang tokoh puri setempat dari suatu penyakit. Kapan itu terjadi, tak disebutkan secara pasti. Oleh karena menderita sakit, tokoh puri itu tidak menginginkan adanya keramaian (med-medan) di hari raya Nyepi. Tetapi krama banjar memberanikan diri membuatnya dengan segala risiko. Mendengar adanya keramaian, tokoh yang sakit itu berusaha mendatanginya. Tetapi aneh, sakit yang dideritanya sembuh seketika setelah menyaksikan acara tersebut. Dari situ muncul upaya tetap melaksanakan tradisi tersebut pada hari raya Nyepi. 

Namun belakangan, tepatnya pada zaman Belanda, med-medan sempat dilarang. Kendati demikian tidak menyurutkan krama untuk tetap melanjutkan tradisi unik tersebut. Kegiatan pun lantas dilangsungkan secara sembunyi-sembunyi. Dulu, med-medan dilangsungkan pada hari raya Nyepi. Sejak tahun 1979 agar tidak mengganggu pelaksanaan catur brata penyepian, med-medan akhirnya dilaksanakan pada Ngembak Geni, Adapun bagian dari Catur Brta Penyepian (empat pengendalian diri pada saat Nyepi): Amati Karya (tidak melakukanpekerjaan), Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Lelanguan (tidakbersenang-senang), Amati Lelungan (tidak melakukan perjalanan).

Med-medan juga pernah ditiadakan. Tetapi peristiwa aneh pun terjadi. Sepasang babi yang tidak diketahui asal-muasalnya berkelahi di halaman Pura Banjar. Darah babi pun berceceran di mana-mana. Warga banjar yang melihat kejadian itu serta merta melerainya, tetapi tak berhasil. Akhirnya, ada bawos agar med-medan tetap dilangsungkan. Begitu tradisi itu dilangsungkan, kedua ekor babi itu menghilang tanpa jejak. Darah yang tadinya terlihat membasahi tanah, hilang seketika. Sejak itulah krama tidak berani lagi meniadakan med-medan sehingga lestari sampai sekarangSehari setelah Nyepi, identik dengan ritual omed-omedan (tarik-tarikan) di Sesetan, Denpasar. Ritual ini sangat menarik karena dibumbui dengan adegan ciuman massal antara wanita dan laki-laki yang diakhiri dengan siraman air.  Acara yang berlangsung meriah tersebut juga dihadiri para pejabat di lingkungan Pemkot Denpasar Ritual ini wajib diikuti oleh para muda-mudi Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar yang digelar di jalan raya, Sesetan Sekitar 200 muda-mudi warga banjar ini turut serta dalam ritual yang telah berlangsung ratusan tahun. Sebelumomed-medan, para peserta bersembahyang di areal Balai Banjar memohon ritual ini berjalan lancar. Puluhan anggota Sekaa Teruna Satya Dharma Kerthi Banjar Kaja Sesetan terlibat acara Med-medan. Sebelum Med-medan dimulai, anggota sekaa teruna melakukan persembahyangan bersama di sebuah pura yang satu areal dengan balai Banjar Kaja. Sebelum acara digelar, jalan aspal di depan balai banjar itu dibasahi dengan air. Acara diawali dengan pementasan tarian barong bangkal sekitar pukul 16.00, juga di lokasi Med-medan digelar. Ketika acara Med-medan dimulai, puluhan anggota sekaa teruna mengenakan pakaian kaos putih bertuliskan ''Med-medan Caka 1926'' dan bawahnya menggunakan kain, membagi diri dalam jumlah tertentu. Anggota sekaa teruna (laki-laki) berada di kiri (utara jalan) dan anggota sekaa teruni (perempuan) berada di kanan (selatan). 

Dalam acara med-medan itu, pasangan muda-mudi ini diguyur siraman air ketika sedang berciuman. Jika Anda tergoda untuk turut serta dalam tradisi ini, sebaiknya tahan diri. Sebab, tradisi ini hanya dikhususkan bagi warga setempat, dan orang dari luar banjar Kaja tidak diperkenankan ikut. Di Indonesia, berciuman di depan umum tergolong perbuatan mesum. Namun, med-medan adalah perkecualian. Tradisi yang baru digelar di banjar Kaja ini merupakan rangkaian peringatan Hari Raya Nyepi. Untuk mengikuti tradisi ini, setiap peserta terlebih dahulu harus mendaftarkan diri ke panitia. Setelah itu, panitia yang menentukan pasangannya. Setelah mendapat giliran, akhirnya pasangan yang telah ditentukan itu melakukan adegan saling berciuman. Tampak banyak peserta, terutama dari kaum wanita, merasa malu-malu untuk melakukan adegan ciuman. Maklumlah, mereka melakukan hal itu disaksikan khayalak ramai. "Secara agama Hindu, acara ini mengandung kekuatan untuk menetralisasi alam dari unsur negatif," tutur warga sembari menambahkan lelaki dan perempuan juga mengandung unsur saling kontradiktif namun jika disatukan bisa menghasilkan sesuatu yang baru.

Cara Memainkan
Plalian yang kreatif dan bersuasana sakral itu wajib dipertunjukkan oleh truna-truni Banjar Sesetan Kaja. Para pemain dibagi menjadi dua kelompok -- Truna dan Truni. Tiap kelompok yang terdiri dari 6-10 orang pemain itu berbaris memanjang ke belakang. Kelompok itu harus kompak dan tidak boleh cerai-berai. Oleh karena itu tiap pemain memegang erat-erat pinggang pemain yang berdiri di depannya. Oleh wasit, kedua kelompok itu mula-mula diatur berdiri berhadap-hadapan dalam jarak tertentu. Setelah aba-aba mulai, kedua kelompok itu saling serang. Yang menjadi sasaran adalah pemain yang berdiri paling depan. Mereka saling tarik sekuat-kuatnya dan berusaha tidak cerai-berai apalagi melepaskan pemain terdepan. Tentu saja kelompok Truna akan kelihatan lebih agresif. Truna yang paling depan itu bukan saja menarik pemain terdepan Truni, tetapi dalam suatu kesempatan juga mendekap dan mendengkul. Wasit pun harus jeli. Kalau sampai maruket (bergumul), wasit menyuruh petugas khusus menyiramkan air kepada muda-mudi yang ''keasyikan'' itu. Sorak-sorai pun bergemuruh, apalagi disusul dengan tabuh yang menggebu-gebu. Satu ronde telah berakhir dalam suasana yang menggembirakan.

Ronde-ronde berikutnya tidak selamanya sama dengan ronde terdahulu, pemain yang paling depan tidak lagi mendapat kesempatan yang sama. Mereka diganti oleh pemain lainnya, biasanya berdasarkan kesepakatan. Apabila jumlah pemain terlalu banyak maka dilakukan giliran sehingga semua truna-truni mengalami ''Med-medan''. Adegan tarik-menarik itu tidak selamanya menunjukkan kelemahan Truni. Sekali waktu kelompok Truni berhasil menggaet Truna paling depan. Truna yang tergaet itu ''disandera'' untuk dijadikan umpan dalam pertunjukan ronde berikutnya. Truna itu dipasang paling depan dalam barisan kelompok Truni. Nah, lihat sekarang, apakah kelompok Truna berhasil membebaskan temannya yang dijadikan ''umpan''?


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

PENUTUP

Med-medan dulunya hanyalah sebuah kebiasaan. Tetapi belakangan oleh krama Banjar Kaja Sesetan dijadikan acara yang sakral. Munculnya med-medan bermula dari sembuhnya seorang sesepuh Puri Oka Sesetan, AA Made Raka dari suatu penyakit. Kapan itu terjadi, tak disebutkan secara pasti. Oleh karena menderita sakit, tokoh puri itu tidak menginginkan adanya keramaian (med-medan) di hari raya Nyepi. Tetapi krama banjar memberanikan diri membuatnya dengan segala risiko. Mendengar adanya keramaian, AA Made Raka berusaha mendatanginya. Tetapi aneh, sakit yang dideritanya sembuh seketika setelah menyaksikan acara tersebut. Dari situ muncul upaya tetap melaksanakan tradisi tersebut di Hari Raya Nyepi. Tradisi yang diadakan setiap tahun, yakni sehari setelah umat Hindu menunaikan tapa brapa penyepian menyambut tahun baru Saka 1930, tidak saja dibanjiri ribuan penonton dari sejumlah daerah di Pulau Dewata, tetapi juga para wisatawan mancanegara (pelancong luar negara).Dengan kamera yang dibawa, beberapa "bule" (orang putih) tampak berusaha mengambil gambar atas adegan yang cukup langka dan unik tersebut, meski mereka harus turut berdesakan dan sesekali terkena air yang disiramkan pihak penyelenggara.Atraksi yang hanya boleh dilakukan pria dan wanita yang masih berstatus bujang dan dara serta khusus bagi penduduk dari Dusun Kaja tersebut, dimulai dengan pengelompokan para peserta.Peserta pria berkelompok dan berbaris di bagian utara jalan, sedang kelompok wanita berderet di selatan jalan, dengan jarak sekitar 25 meter.di Bali banyak plalian yang dilakukan dalam rangkaian upacara adat/agama. Yang paling terkenal adalah ''Med-edan''. Berasal dari kata maid (bahasa Bali) artinya menarik, disandhikan menjadi med. Setelah mengalami pengulangan kata dan ditambah akhiran an menjadi ''Med-medan'' artinya tarik-tarikan. Permainan yang mentradisi dari satu generasi ke generasi berikutnya itu terdapat di Banjar Sesetan Kaja, Denpasar. Dipertunjukkan tiap tahun oleh truna-truni (muda-mudi) setempat dalam rangkaian menyambut Tahun Baru Saka, sehari setelah Nyepi CQ : SADURANQ

.

MAGERET PANDAN

PENDAHULUAN

Tengenan atau Tengenan Pegringsingan itulah nama sebuah desa Bali Aga (Bali Kuna) yang terletak di Kabupaten Karangasem. Desa ini berdiri ditengah-tengah perbukitan yang kokoh laksana benteng pelindung yang mengisolasi desa Tenganan. Desa tenganan inilah yang memiliki adat istiadat yang tiada duanya di Bali

Kabupaten kecil di penghujung Timur Pulau Bali ternyata kaya dengan kebudayaan. Selain terkenal dengan budaya megibungan yang merupakan cirri khas peninggalan budaya Raja Karangasem. Di Kabupaten ini kita juga menemukan desa tradisional yakni Tenganan Pagringsingan yang terkenal dengan budaya Mageret Pandan.

Kelian Desa Adat Tenganan Pageringsingan I Nengah Timur yang ditemui disela-sela kesibukannya mengatakan upacara ini sangat sacral bagi warga Tenganan Pageringsingan. Sebelum megeret pandan dimulai, pria asli Tenganan yang sudah Matruna Nyoman (naik dewasa) menarikan tari Makare-kare. Setelah itu barulah megeret pandan yang menggunakan pandan dan tameng dari anyaman Ata dimulai. ''Mageret Pandan ini merupakan tari yang sangat sacral. Bagi daerah di luar Tenganan mungkin ada tari Rejang, Baris dan tari sacral lainnya''tutur Timur. Lanjut Timur warganya yang Matruna Nyoman akan diasramakan setahun di suatu tempat yang disediakan desa. Selama berada di asrama warga yang naik dewasa ini dilarang tidur dirumahnya


 


 

MEGERET PANDAN

Upacara sacral Mageret Pandan menurut Timur akan dilakukan selama tiga hari. Perang pandan adalah tradisi warga Desa Tenganan dan selain memiliki nilai seni yang tinggi upacara yang rutin dilakukan setiap tahun berdasarkan penanggalan khusus ini juga memiliki makna yang berkaitan dengan Usaba Sambeh didesa tersebut. Selain itu, Mageret Pandan atau Perang Pandan juga menjadi sarana latihan ketangkasan seorang prajurit. ''Maklum ketika jaman Raja dahulu, Tenganan kan prajurit semua''ujarnya. Dikatakan, masyarakat Tenganan adalah penganut Agama Hindu namun cenderung menganut aliran Indra sebagai Dewa Perang. Yang terpenting dalam perang pandan tersebut tidak ada menang kalah. ''Kalau mereka sampai terluka akibat goresan pandan akan diobati dengan obat yang telah disediakan yang berasal dari Cuka, Kunir dan Isen ( Lengkuas )

Sementara itu pantauan yang dilakukan dilapangan nampak pemuda desa sibuk menyiapkan pandan maupun tameng yang akan digunakan dalam upacara tersebut. Perang pandan bukan hanya diikuti oleh pemuda yang kekar, tidak ketinggalan anak-anak dan orang tua juga ikut meramaikan upacara yang dilakukan tiap tahun ini. Dipihak lain, upacara sacral yang hanya terdapat di Desa Tenganan ini juga menjadi tontonan wisatawan domestic maupun Mancanegara. Mereka nampak dating jauh-jauh sebelum perang pandan dimulai. Ketika perang pandan dimulai, wisatawanb ini juga nampak ikut berdorong-dorongan agar bias menyaksikan lebiuh dekat perang pandan tersebut.Jingga

Tenganan Pagringsingan terkenal dengan budaya Mageret Pandan(perang pandan) , Tradisi memang sangat unik.Upacara sakral Mageret Pandan dilakukan selama tiga hari. Yakni dua hari lalu di lakukan di Bale Patemon (Balai Pertemuan) Selatan, di Bale Patemon Utara dan di Bale Patemon Tengah. Selain memiliki nilai seni yang tinggi upacara yang rutin dilakukan setiap tahun berdasarkan penanggalan khusus ini juga memiliki makna yang berkaitan dengan Usaba Sambeh didesa tersebut. Selain itu, Mageret Pandan atau Perang Pandan juga menjadi sarana latihan ketangkasan seorang prajurit.Menurut masyarakat Tenganan adalah penganut Agama Hindu namun cenderung menganut aliran Dewa Indra sebagai Dewa Perang. Yang terpenting dalam perang pandan tersebut tidak ada menang kalah. Kalau ada yang sampai terluka akibat goresan pandan akan diobati dengan obat yang telah disediakan yang berasal dari cuka kunir dan isen. Tak heran jika Perang pandan ini menjadi tontonan menarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Kepercayaan warga Tenganan agak berbeda dengan warga Bali pada umumnya. Umat Hindu Bali pada umumnya menjadikan Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa sebagai dewa tertinggi. Namun bagi warga Tenganan Dewa Indra adalah dewa dari segala dewa. Dewa Indra adalah dewa perang. Menurut sejarahnya Tenganan adalah hadiah dari Dewa Indra pada wong peneges, leluhur desa Tenganan.

Karena memuja Dewa Indra sebagai dewa tertinggi, maka perang adalah sesuatu yang akrab bagi Tenganan. Bentuk desa ini dibuat seperti benteng. Struktur desa adalah jaga satru yang berarti waspada pada musuh. Hanya ada empat pintu utama (lawangan) untuk masuk desa ini sehingga memudahkan warga untuk tahu siapa saja yang datang. Lokasi desa yang dikelilingi bukit, menurut mantan Kepala Desa I Nyoman Sadra, adalah benteng itu sendiri.

Selain bentuk desa, ritual di desa ini pun akrab dengan simbol-simbol perang. "Bagi kami, perang adalah upacara untuk menghormati leluhur. Perang yang digelar di Tenganan antara lain adalah mesabatan biu atau perang pisang yang digelar untuk menunjukkan kedewasaan, perang pisang ini hanya diikuti oleh remaja. Ada pula perang lumpur yang tujuannya kurang lebih sama dengan perang pisang. Di antara perang-perang tersebut, perang pandan sudah kadung jadi yang paling terkenal. Semula perang ini dilakukan tertutup dalam artian hanya untuk warga Tenganan. Perang ini memang bagian dari upacara besar yang disebut Usaba Sambah. Ketika pariwisata mulai masuk desa ini pada 1930an perang pandan yang semula sakral pun jadi profane, orang luar tak hanya boleh menonton, mereka pun boleh ikut bertarung.

Selama perayaan perang pandan Tenganan pun mirip pasar malam. Di sekitar bale petemu, tempat perang digelar, banyak pedagang kaki lima. Penjual minuman, bakso, mainan, sampai bra pun berjejer di depan rumah warga. Pedagang musiman ini bersaing dengan warga setempat yang memang menjadikan rumahnya sebagai art shop untuk menjual aneka cindera mata khas Tenganan seperti kain tradisional gringsing, kalender, dan lukis telur. Di antara para pedagang itu, ada pula para penjudi tradisional seperti bola adil. Judi memang sesuatu yang jadi parasit dalam setiap upacara besar di Bali. Dia selalu mendompleng ritual di Bali, termasuk di perang pandan ini. Ironisnya, pemain judi ini justru sebagian besar anak-anak. Jadi sekalian main judi mereka juga menonton perang pandan. Tiap laki-laki di desa ini wajib ikut perang pandan ini. Sebelum perang pandan dimulai, ada ritual minum tuak dulu. Tuak di bambu itu dituangkan ke daun pisang yang berfungsi seperti gelas. Peserta perang saling menuangkan tuak itu ke daun pisang peserta lain. Semua lalu dikumpulkan pada satu orang yang kemudian membuang tuak itu ke samping panggung. Bau tuak tercium kuat siang itu.

Mangku Widia, pemimpin adat di Desa Tenganan, duduk di salah satu pojok panggung. Dia memberi aba-aba dengan suaranya. Dua pemuda bersiap-siap. Mereka berhadap-hadapan dengan seikat daun pandan di tangan kanan dan perisai terbuat dari anyaman daun ata di tangan kiri. Penengah, layaknya wasit, berdiri di antara dua pemuda ini. Setelah penengah mengangkat tangan tinggi-tinggi, dua pemuda itu saling menyerang. Mereka memukul punggung lawan dengan cara merangkulnya terlebih dulu. Mereka berpelukan. Saling memukul punggung lawan dengan daun pandan itu lalu menggeretnya. Karena itu ritual ini disebut pula megeret pandan. Peserta perang yang lain bersorak memberi semangat. Gamelan ditabuh dengan tempo cepat. Dua pemuda itu saling berangkulan dan memukul hingga jatuh. Penengah memisahkan keduanya dibantu pemedek yang lain

Bersyukurlah Manggis punya Tenganan. Di tanah ini aku selalu belajar tentang masa lalu. Keterpencilan bukan lalu membuat desa jadi mati dan asing tetapi tetap hidup dengan segudang aura magis yang terpancar dari perilaku adat menuntun warganya untuk selalu berada pada jalan yang benar. Meski sederhana namun tetap bersahaja Perang Pandan Selalu Berakhir dengan DamaiBALI AGE telah melekat di tubuh Tenganan. Awig-awig yang mengikat krama desa masih lugu memelihara warisan budaya yang memang patut untuk dijaga. Meskipun begitu ketatnya, demokrasi di sini tetap terjaga. Di sini laki-laki bukan berarti lebih tinggi dari perempuan. Tenganan selalu memperlakukan orang-orangnya untuk tetap mengingat betapa pentingnya persamaan hak jiwa kewajiban.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

PENUTUP

Dari berbagai upacara keagamaan yang dilakukan di Tenganan, salah satu yang paling menarik adalah upacara Mekare kare atau Geret Pandan (perang pandan). Upacara yang dilangsungkan pada sasih kalima (bulan kelima pada kalender Bali) adalah bagian dari upcara "Sasih Sembah" yaitu upacara keagamaan terbesar di Desa Tenganan. Penduduk Tenganan telah diwarisi aturan tertulis atau awig-awig secara turun temurun dari moyang mereka. Aturan tersebut masih dijalankan sampai saat ini sehingga kelestariaannya tetap terjaga. Bangunan rumah penduduk dibuat hampir sama satu dengan yang lain, yaitu dibangun sejajar dari arah utara ke selatan. Begitu juga dengan ukuran masing-masing bangunan, sungguh tiada bedanya, karena sudah ada patokan khusus mengenai tata cara pembangunan di desa itu. Budaya gotong royong dan saling tolong menolong masih menjadi kebiasaan penduduk yang telah mendarah daging. Perang Pandan Selalu Berakhir dengan DamaiBALI AGE telah melekat di tubuh Tenganan. Awig-awig yang mengikat krama desa masih lugu memelihara warisan budaya yang memang patut untuk dijaga. Meskipun begitu ketatnya, demokrasi di sini tetap terjaga. Di sini laki-laki bukan berarti lebih tinggi dari perempuan. Tenganan selalu memperlakukan orang-orangnya untuk tetap mengingat betapa pentingnya persamaan hak jiwa kewajiban. Lihatlah rumah-rumah kuno itu selalu berjejer sama di atas jalan desa yang masih perawan. Orang-orang di sini begitu bijaksana menyikapi tanah warisan desa. Tanah bukan untuk dijual tapi untuk dijaga dan dihidupi.


MEGERET PANDAN DALAM TRADISI UMAT HINDU DI BALI


 


 


 


 

OLeh:


 


 

ANAK SUPUTRA

Bagaikan bulan menerangi malam dengan cahayanya yang terang dan sejuk, demikianlah seorang anak yang suputra yang memiliki pengetahuan rohani, insyaf akan dirinya dan bijaksana. Anak suputra yang demikian itu memberi kebahagiaan kepada keluarga dan masyarakat.


 

Canakya Nitisastra III.16.


 

Setiap keluarga mendambakan kelahiran putra-putri yang ideal yang dalam Hindu disebut Putra Suputra, yakni anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas dan bijaksana yang akan mengangkat harkat dan martabat orang tua, keluarga dan masyarakat.


 

Kata "putra" berasal dari bahasa Sanskerta yang pada mulanya berarti kecil atau yang disayang. Kemudian kata ini dipakai menjelaskan mengapa pentingnya seorang anak lahir dalam keluarga : "Oleh karena seorang anak yang akan menyeberangkan orang tuanya dari neraka yang disebut Put (neraka lantaran tidak memiliki keturunan), oleh karena itu ia disebut Putra" (Manavadharmasstra IX.138). Penjelasan yang sama juga dapat kita jumpai dalam Àdiparva Mahàbhàrata 74,27, juga dalam Vàlmìki Ràmàyana I,107-112. Kelahiran Putra Suputra ini merupakan tujuan ideal dari setiap perkawinan. Kata yang lain untuk putra adalah: sùnu, àtmaja, àtmasaýbhava, nandana, kumàra dan saýtàna. Kata yang terakhir ini menjadi kata sentana yang berarti keturunan. Seseorang dapat menundukkan dunia dengan lahirnya anak, ia memperoleh kesenangan yang abadi, memperoleh cucu-cucu dan kakek-kakek akan memperoleh kebahagiaan yang abadi dengan kelahiran cucu-cucunya (Àdiparva,74,38). Pandangan susastra Hindu ini mendukung betapa pentingnya setiap keluarga memiliki anak.


 

Àdiparva, Mahàbhàrata memandang dari sudut yang berbeda tentang kelahiran anak ini: "Disebutkan bahwa seorang anak merupakan pengikat talikasih yang sangat kuat di dalam keluarga, a merupakan pusat menyatunya cinta kasih orang tua. Apakah

yang melebihi cinta kasih orang tua terhadap anak-anaknya, mengejar mereka, memangkunya, merangkul tubuhnya yang berdebu dan kotor (karena bermain-main). Demikian pula bau yang lembut dari bubuk cendana, atau sentuhan lembut tangan wanita atau sejuknya air, tidaklah demikian menyenangkan seperti halnya sentuhan bayi sendiri, memeluk dia erat-erat. Sungguh tidak ada di dunia ini yang demikian membahagiakan kecuali seorang anak"(74,52,55,57)."Seseorang yang memperoleh anak, yang merupakan anaknya sendiri, tetapi tidak memelihara anaknya dengan baik, tidak mencapai tingkatan hidup yang lebih tinggi. Para leluhur menyatakan seorang anak melanjutkan keturunan dan mendukung persahabatan, oleh karena itu melahirkan anak adalah yang terbaik dari segala jenis perbuatan mulia(74,61-63). Lebih jauh maharsi Manu menyatakan pandangannya bahwa dengan lahirnya seorang anak, seseorang akan memperoleh kebahagiaan abadi, bersatu dengan Tuhan Yang Mahaesa (II.28).


 

Tentang anak yang Suputra, Maharsi Cànakya dalam bukunya Nìtisàstra menyatakan: "Seluruh hutan menjadi harum baunya, karena terdapat sebuah pohon yang berbunga indah dan harum semerbak. Demikian pula halnya bila dalam keluarga terdapat putra yang Suputra" (II.16). "Asuhlah anak dengan memanjakannya sampai berumur lima tahun, berikanlah hukuman (pendidikan disiplin) selama sepuluh tahun berikutnya. Kalau ia sudah dewasa (16 tahun) didiklah dia sebagai teman"(II.18). Sebaliknya tidak semua orang beruntung punya anak yang Suputra.


 

"Di dalam menghadapi penderitaan duniawi, tiga hal yang menyebabkan seseorang memperoleh kedamaian, yaitu : anak, istri dan pergaulan dengan orang-orang suci"(IV.10).


 

Kenyataannya kita menjumpai beberapa anak yang durhaka kepada orang tua, jahat dan melakukan perbuatan dosa yang menjerumuskan dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya ke dalam penderitaan. Anak yang demikian disebut anak yang Kuputra (bertentangan dengan Suputra). Tentang anak yang Kuputra ini, maharsi Cànakya menyatakan "Seluruh hutan terbakar hangus karena satu pohon kering yang terbakar, begitu pula seorang anak yang Kuputra, menghancurkan dan memberikan aib bagi seluruh keluarga" (II.15). "Apa gunanya melahirkan anak begitu banyak, kalau mereka hanya mengakibatkan kesengsaraan dan kedukaan. Walaupun ia seorang anak, tetapi ia berkeperibadian yang luhur (Suputra) membantu keluarga. Satu anak yang meringankan keluarga inilah yang paling baik"(II.17). Hal yang sama seperti juga dikutipkan pada awal tulisan ini diulangi kembali dalam Nìtisàstra IV.6. yang antara lain menyatakan: "Kegelapan malam dibuat terang benderang hanya oleh satu rembulan dan bukan oleh ribuan bintang, demikianlah seorang anak yang Suputra mengangkat martabat orang tua, bukan ratusan anak yang tidak mempunyai sifat-sifat yang baik". "Lebih baik mempunyai anak begitu lahir langsung mati dibanding mempunyai anak berumur panjang tetapi bodoh. Karena anak yang begitu lahir langsung mati memberikan kesedihan sebentar saja. Sedangkan anak yang berumur panjang, bodoh dan durhaka, sepanjang hidupnya memberikan penderitaan (IV.7).


 

Seperti telah disebutkan di atas, mempunyai anak, lebih-lebih lahirnya putra yang Suputra adalah dambaan setiap keluarga. Setiap orang dalam hubungan suami-istri mengharapkan kelahiran seorang anak, namun tidak semuanya selalu beruntung untuk mendapatkan hal itu. Keluarga yang tidak mempunyai anak (sonless) disebut: Aputraá, Niputrika dan Nirsaýtàna. Kepada mereka yang tidak mempunyai anak ini tidaklah berarti jalan untuk mencapai kebahagiaan yang sejati, bersatu dengan Tuhan Yang Mahaesa telah tertutup. Keluarga-keluarga ini dapat mengangkat anak, melakukan adopsi yang di dalam bahasa Sanskerta disebut: Parigraha atau Putrìkaputram dan anak yang diangkat disebut: Kutakaputra, Datrimasuta atau Putra Dattaka.


 

Tentang anak angkat yang di Bali disebut anak Sentana ini, Manavadharmasastra menyatakan: "Jika orang laki-laki yang mempunyai anak angkat laki-laki yang mempunyai sifat-sifat mulia, anak angkat ini mempunyai hak yang sama, ia akan mewaris walaupun berasal dari keluarga lain. Anak angkat tidak pernah memakai nama keluarga dan harta warisan dari orang tua yang sebenarnya. Tarpana (upacara persembahan kepada orang tua yang meninggal), ia harus mengikuti nama keluarga (yang mengangkat) serta menerima warisan dari orang tua angkat (setelah Tarpana kepadanya) (IX.141-142). Berdasarkan kutipan di atas, jelas seorang anak angkat (adopsi) mempunyai hak yang sama seperti halnya anak yang dilahirkan oleh orang tua melalui perkawinan yang sah.


 

Lebih jauh tentang anak angkat ini,dinyatakan : "Anak angkat menduduki tempat sebagai ahli waris dari keluarga yang mengangkatnya dan bukan sebagai ahli waris dari ayah-ibu asalnya. Untuk dapat melakukan pengangkatan anak diperlukan syarat-syarat tertentu, yaitu :

Anak yang diangkat harus laki-laki.

Anak yang diangkat harus masih kecil (umumnya belum berumur 6 tahun).

Keluarga yang mengangkat harus tidak mempunyai anak laki-laki.

Harus terang dan formal menurut agama.


 

Mengenai anak angkat ini diisyaratkan secara terbatas, tetapi dianjurkan untuk mengangkat dari keluarga terdekat dari pewaris. Hal ini tidaklah mutlak karena anak yang bukan keluarga sendiripun dapat diangkat sebagai anak angkat, hanya saja lebih jauh hukum Hindu membedakan dalam prakteknya dua sistem pengangkatan anak :


 

a. Pengangkatan anak sendiri sebagai anak laki-laki, yaitu anak perempuan yang statusnya

sebagai anak laki-laki. Pengangkatan ini dalam hukum Adat sebagai Angkat Sentana.

Dengan demikian maka dalam sistemAngkat Sentana,yang diangkat adalah anak sendiri.


 

c. Pengangkatan anak orang lain,bukan anak sendiri. Pengangkatan ini disebut Adopsi atau

Peras. Di dalam hukum waris, anak yang diangkat adalah anak orang lain, baik dari

keluarga sendiri maupun dari anak orang lain, bukan keluarga sendiri.


 

Pernyataan di atas tentunya masih dapat didiskusikan kembali, misalnya bagaimana kalau yang diangkat itu anak perempuan ? Hal ini menurut hemat penulis dapat dibenarkan, bila nantinya anak perempuan ini status hukumnya sebagai anak laki-laki yang disebut Angkat Sentana di atas atau disebut pula Sentana Putrika. Kenyataannya, di dalam masyarakat kita jumpai pula keluarga yang telah memiliki beberapa anak, baik laki-laki maupun perempuan juga mengangkat anak, hal ini juga dibenarkan sepanjang pengangkatan itu terang dan formal menurut hukum agama dan bila mungkin dikuatkan sesuai peraturan yang berlaku. Hal ini dapat berperanan sebagai salah satu solusi mengatasi anak-anak yang lahir, yang dibuang oleh ibunya karena hamil pranikah. Kiranya sudah perlu dipikirkan sebuah badan atau yayasan dalam Hindu untuk menangani anak-anak yang lahir pranikah yang bersedia menjadi penghubung untuk mencarikan orang tua yang bersedia mengadopsinya.


 

Demikian Dharma Wacana ini marilah kita akhiri dengan doa Santipatha:


 

Om Sarve Sukhino Bhavantu

Sarve Santu Niramayah

Sarve Bhadrani pasyantu

Ma kascid duhkha bhagbhavet


 

Om Hyang Widhi, semogalah semuanya memperoleh kebahagiaan

Semoga semuanya memperoleh kedamaian

semoga semuanya berpandangan baik

semoga semuanya dijauhkan dari mara bencana


 

Om Santih Santih Santih.-


 

NYEPI

HARI RAYA NYEPI


 

  1. Latar belakang "Hari Raya Nyepi"


 

Untuk menyingkap sejak sebelum ada apa – apa, yaitu semasih dalam suasana

Kosong / sepi, ternyata disitu terdapat kehidupan yang bisa hidup bertahan tanpa memerlukan makan dan minum bahkan selalu aktif melakukan aktivitas tanpa pernah absen selama 24 jam. Siapa yang dimaksud, tiada lain adalah TUHAN itu sendiri, Beliaulah menempati suasana sebelum terjadi apa – apa dan beliau memiliki kemampuan yang tiada taranya, super prima dan maha dari segalanya. Orang Bali dalam menyebut kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, menulis sastra suci aksara Bali yang berbunyi "ONG". Kata ini merupakan perpaduan dua huruf yaitu : O dan NG, penjelasannya :"O" artinya Alam Semesta, dan "NG" artinya : Getaran atau Kehidupan yang bisa hidup tanpa memerlukan apa – apa sebagaimana layaknya umat manusia. Aksara Bali yang disebut "ONG" ( Eka Aksara ), kemudian dikatakan sastra suci, karena melihat fungsinya untuk menjungjung tinggi Tuhan Yang Maha Esa sebagai satu – satunya Sumber Kehidupan dari Segalanya.

Untuk menyambut kebesaran Tuhan sesuai dengan suasana yang ditempatinya, Umat Hindu Bali menakan Hari Raya Nyepi adalah Hari Raya besar untuk menyambut dan memperingati kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Cikal Bakal Ing Dumadi. Dengan kata lain yaitu menyambut dan memperingati suasana awal, sebelum tercipta apa – apa / kosong. Karena itu pelaksanaan Hari Raya Nyepi agar tidak menyimpang dari makna yang terkandung sebelum terjadi apa –apa, maka dibuatlah aturan sebagai berikut :

  1. Tidak Menyalakan Api.
  2. Tidak Melakukan Aktifitas.
  3. Tidak Makan.
  4. Tidak Bepergian.

( yang kemudian disebut Catur Brata Penyepian ).

Namun sehari sebelum Hari Raya Nyepi tepatnya pada hari tilem kesanga, Umat Hindu Bali secara serentak melaksanakan Upacara Bhuta Yadnya yaitu :Upacara yadnya suci yang kemudian disebut " Mecaru " artinya adalah : Mecah Ruangan atau Membuka suasana Baru, supaya kembali kepada asalnya sebelum terjadi apa – apa. Kembalinya suasana ini, sangat diharapkan oleh Umat Hindu Bali, agar kelak menjadi suasana Heneng, Hening, Tentram, Damai dan Seimbang. Sebagai mana halnya sebelum ada apa – apa.

Umat manusia bisa ada seperti sekarang, karena sumber penyebabnya adalah berasal dari unsur dua listik yaitu Ibu dan Bapak atau IMeme dan IBapa atau Rangda dan Barong. Sehingga persembahan upacara rasa syukur dan terima kasih kepada Ibu ( Bumi ) dan Bapak ( Langit ) atau terhadap Alam Nyata dan alam Niskala, tentunya sedapat mungkin harus berkaitan dan cocok dengan yang diberi. Pengungkapan dua unsur saat pelaksanaan Upacara Mecaru dalam menyambut Hari Raya Nyepi / tepatnya pada hari Tilem Kesanga artinya : Tilem = Malam = Bapak = Unsur Cair ( Air ). Kesanga = Angka Sembilan ( 9 ) = Unsur Panas = Api = Ibu. Semua kehidupan apapun yang tumbuh dan berkembang diatas Bumi dan di bawah Langit berasal dari Ibu dan Bapak, termasuk para Butha Kala yang disebut Sanghyang Panca Maha Butha seperti di bawah ini :

1. Unsur Udara     = Langit     = I Butha Putih         = Neptu 5.

2. Unsur Panas     = Matahari     = I Butha Baang     = Neptu 9.

3. Unsur Cahaya= Bulan     = I Butha Kuning    = Neptu 7.

4. Unsur Cair    = Bintang     = I Butha Ireng     = Neptu 4.

5. Unsur Padat     = Bumi     = I Butha Manca Warna    = Neptu 8.

Kelima unsure inilah yang menempati Bhuana Agung dan Bhuana Alit, Kelima unsure ini selain disebut Panca Maha Butha, juga disebut Dewa, Betara dan Sanghyang, seperti di bawah ini ( di Bhuana Agung ) :


 

  1. I Bhuta Putih Berada di Timur, Dewanya Iswara, = Betara Iswara = Sanghyang Iswara dan Aksara Balin bunyinya SANG
  2. I Buta Bang Berada Di Selatan Dewanya Brahma = Betara Brahma = dan Aksara Balinya Bunyinya BANG
  3. I Buta Kuning Berada di Barat Dewanya Mahadewa = Betara Mahadewa = Sanghyang Mahadewa dan Aksara Balinya Bunyinya TANG
  4. I Butha Ireng Berada di Utara, Dewanya Wisnu, = Betera Wisnu, = Sanghyang Wisnu, Aksara Balinya Bunyinya ANG
  5. I Butha Manca Warna Berada Di Tengah / Madya / Pancer, Dewanya Siwa, = Sanghyang Siwa, Aksara Balinya Bunyinya ING. Kelima Dewa Inilah Yang Di Juluki "Sedulur Papat Ke Lima Pancer" Atau Manusia Mempunyai Saudara Empat Dan Yang Kelima Kita Sendiri. Adapun Hubungannya Dengan Buana Agung dengan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira Seperti Dibawah Ini :

    1. Rohani    = Roh    = Atma    = Gaib    = Unsur Udara

    2. Tenaga    = Bay= Energi    = Power    = Unsur Panas

    3. Rasa     = Perasaan    = Harkat Martabat    = Unsur Cahaya

    4. Pikiran    = Akal    = Pengolahan    = Unsur Cair

    5. Tubuh     = Badan    = Kumpulan     = Unsur Padat


     

        Itulah Keterkaitan Manusia Dan Sanghyang Panca Maha Butha, Nampaknya Ada Hubungan Garis Lurus Secara Vertical Yaitu Keterkaitan Manusia Dengan Alam Semesta, Keterkaitan Manusia Dengan Manusia. Yang Kemudian Disebut TRI HITA KARANA.


     

B. Nilai – Nilai Luhur "Ida Sang Hyang Widhi Wasa"

    Untuk Memuliakan Nilai-Nilai Luhur Ida Sang Hyang Widhi Wasa Yang Ada Pada Bhuana Agung, dan Membesar-Besarkan Nama Beliau, Maka Kelima Unsur Tersebut Kita Tempatkan Pada Tempat Yang Paling Tinggi Dari Segala-Galanya.


 

  1. Unsur Udara, Tuhan atau Sang Hyang widhi dalam manifestasinya sebagai unsur panas diberi Nama I RATU NGURAH SAPUH JAGAT, Beliau Yang Ditempatkan Pada "Pelinggih Tugu" Agar Sesuai Dengan Sifat Beliau Sebagai Langit. Tugu Artinya Tegeh = Tinggi dan Tanpa Batas. Beliau Adalah Ratuning Jagat / Rajanya Dunia Sekarang. Bila Kita Ingin Menyampaikan Rasa Syukur dan Terimakasih Kepada "I RATU NGURAH SAPUH JAGAT" Sebagai Dewa Tugu, Maka Haturkanlah Sesajen Berupa Ketipat Dampul Berisi Iwak Telor, dan Pada Rencang Beliau Yang Disebut Ibuta Putih Haturkanlah Segehan Putih, Maiwak Bawang Jahe Dan Garam Sedikit. Kalau Mengadakan Upacara Mecaru Pada Pelinggih Tugu, Pakailah Ayam Putih Yang Di Olah Menjadi 5 Porsi Sesuai Dengan Warna Dan Neptunya Yang Dibawa Yaitu 5.
  2. Unsur Panas, Diberi Nama "I RATU WAYAN GODEG" Beliau di Tempatkan Pada Pelinggih Batunya (Lebuh), Agar Sesuai Dengan Sifat Beliau Sebagai API (MATAHARI). Beliau Adalah Ratuning Panas Serta Mampu Sebagai Pelebur Dan Mahapencipta. Sekarang Bila Kita Ingin Menyampaikan Ucapan Rasa Syukur Dan Terimakasih Kepada "I RATU WAYAN GODEG" Sebagai Dewa Batunya Atau Dewa Lebuh, Maka Haturkanlah Sesajen Berisi Tipat Galeng, Berisi Iwak Telor, Dan Pada Rencangan Beliau Disebut I BUTA BAANG Haturkan Segehan Merah / Barak, Iwak Bawang Jahe, Dan Garam Sedikit. Kalau Mengadakan Upacara Mecaru Pada Pelinggih Batunya / Pelinggih Lebuh, Pakailah Ayam Biying (Merah) Yang Di Olah Mnejadi 9 Porsi Supaya Sesuai Dengan Warna Dan Neptunya Yang Dibawa Yaitu 9.
  3. Unsur Cahaya, diberinama "I RATU MADE ALANG KAJENG" Beliau Ditempatkan Pada Pelinggih JRO DUKUH (PELINGGIH PENUNGGUN KARANG) Agar Sesuai Dengan Sifat Beliau Sebagai Cahaya / Sinar Bulan. Beliau Adalah Ratuning Terang Serta Mampu Menerangi Alam Raya Termasuk Rumah Sekitarnya. Sehingga Indah Dipandang Mata. Sekarang Bila Kita Ingin Menyampaikan Ucapan Rasa Syukur dan Terimakasih Kepada "I RATU MADE ALANG KAJENG" Sebagai Dewa Penunggun Karang (JRO DUKUH), Maka Haturkanlah Sesajen Berisi Ketipat Gangsa Berisi Iwak Telor, Dan Pada Rencangan Beliau Yang Disebut I BUTHA KUNING Haturkanlah Segehan Kuning, Iwak Bawang Jahe, dan Garam Sedikit. Kalau Mengadakan Upacara Mecaru Pada Pelinggih Dukuh (Penunggun Karang), Pakailah Ayam Putih Siyungan (Wiring Kuning) Yang diolah Menjadi 7 Porsi Supaya Sesuai Dengan Warna Dan Neptunya Yang dibawa Yaitu 7.
  4. Unsur Cair, diberi Nama "I RATU NYOMAN BATU MEDIDING" (I RATU NYOMAN SAKTI PENGADANGAN) Beliau di Tempatkan Pada Pelinggih Taksu, Agar Sesuai Dengan Sifat Beliau Sebagai Air / Zat Cair / Bintang. Beliau Adalah I RATUNING DAGANG (RAJANYA AIR) Serta Mampu Memberi Kesuburan, Kemakmuran Dan Kesejahteraan Manusia Dan Alam Sekitarnya. Sekarang Bila Kita Ingin Menyampaikan Rasa Syukur dan Terimakasih Kepada "I RATU NYOMAN BATU MEDIDING" (I RATU NYOMAN SAKTI PENGADANGAN) Sesuai Dewa Taksu, Maka Haturkanlah Sesajen Berisi Tipat Gong, Berisi Iwak Telor, dan Pada Rerancangan Beliau Yang Disebut I BUTHA IRENG ( Hitam ) Haturkanlah Segehan Ireng (Hitam), Iwak Badeng, Jahe, dan Garam Sedikit. Kalau Mengadakan Upacara Mecaru Pada Pelinggih Taksu, Pakailah Ayam Ireng (Ayam Hitam) Yang Diolah Menjadi 4 Porsi Supaya Sesuai Dengan Warna Dan Neptunya Yang Dibawa Yaitu 4.
  5. Unsur Padat, Diberi Nama "I RATU KETUT PETUNG / I RATU SANGHYANG GILIMAYA" Beliau Yang Ditempatkan Pada Pelinggih Taksu Agung (PELINGGIH PELANGKIRAN) Agar Sesuai Dengan Sifat Beliau Sebagai Unsur Padat (Bumi) Beliau Adalah Ratuning Jagat Buana Agung dan Buana Alit. Sekarang Bila Kita Ingin Menyampaikan Ucapan Rasa Syukur dan Terimakasih Kepada "I RATU KETUT PETUNG / I RATU SANG HYANG GILIMAYA" Sebagai Pelinggih Taksu Agung, Maka Haturkanlah Sesajen Berupa Ketipat Nasi / Ketipat Lepet, Berisi Iwak Telor, dan Pada Rerencangan Beliau Yang Disebut I Buta Manca Warna, Iwak Bawang, Jahe. dan Garam Sedikit. Kalau Mengadakan Upacara Mecaru Pada Pelinggih Taksu Agung Pakailah Ayam Manca Warna / Brumbun (Belerok) Yang Diolah Menjadi 8 Porsi Supaya Sesuai Dengan Warna dan Neptunya yang dibawa yaitu 8.


 

Demikian Keterkaitan Manusia Kepada Kelima Unsur Tersebut. Yang Tidak Bisa di Pisah-Pisahkan, Bahkan Beliau Selalu Menemani Kita Dengan Sangat Setia Selama Hidup Sampai Pulang Kealam Baka (Mati).

    Untuk Memperingati Cikal Bakal Kita Berasal Dari Tuhan Yang Maha Esa, Yaitu Berasal Dari Yang Kosong / Disebut Suwung = Sepi. Maka Peringatilahkejadian Itu Pada "HARI TILEM KESANGA" Sebagai Manusia yang Berbudi Luhur dan Mempunyai Peradaban Tinggi, Tentu Akan Memperingati Kejadian Itu Sebagai Tanda Ucapan Terimakasih Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dengan Melaksanakan Upacara Ritual Seperti Mecaru Manca Sato/Mecaru Eka Sata (Ayam Brumbun) Sebagaimana Halnya Kita Berasal Dari Kelima Unsur.

Adapun Pelaksanaanya Sangat Baik Dilakukan Sangat Baik Dilakukan Bertepatan Pada Hari "TILEM KESANGA" Setelah Melakukan Upacara Mecaru Manca Sato / Eka Sata Besoknya Adalah "HARI RAYA NYEPI" Yang Dilakukan Secara Bersama-Sama dengan Hening, Heneng, Tentram, Damai, dan Seimbang Dibarengi Dengan "CATUR BRATA PENYEPIAN" Apabila Kita Semua Sudah Memperingati Asal Usul Kita Talah Melaksanakan Perintah Tuhan Yang Maha Esa Sebagai Salah Satu Sumber Dari Segala Sumber.


 

C. Makna Tilem Kesanga

    Untuk Lebih Jelasnya Perlu Diketahui Makna Kata "HARI TILEM KESANGA" Sebagai Berikut :

  1. Kata Hari Artinya = Saat = Waktu = Zaman.
  2. Kata Tilem Artinya = Bulan Mati = Peteng = Gelap = Tidak Melihat Apa-Apa = Suwung = Sepi = Kosong.
  3. Kata Kesanga Artinya = Sembilan = Angka 9 = Angka Terbesar = Namu Gelang = Akhir Perjalanan Angka (Setelah Angka 9 Tentu Kembali Ke 0 dan 1)


 

Ada 3 (Tiga) Tempat Untuk Melaksanakan Upacara Peringatan Pada Tiap-Tiap "Hari Tilem Kesanga" Yaitu Mecaru di Masing-Masing Rumah Tangga Sebagai Berikut :

  1. Pada Pelataran Sanggah / Merajan.
  2. Pada Pelataran Pekarangan (Depan Rumah).
  3. Pada Pintu Keluar Masuk Pekarangan (Lebuh).


 

D. Tata Cara Melaksanakan Upacara Pecaruan

1. Pada Pelataran Sanggah / Merajan Maupun Di Pelataran Rumah, Kita Buat Caru Ayam Brumbun / Belorok, Kemudian Diolah Menjadi 33 Porsi (Tanding). Adapun Tujuannya Dibuat Sebanyak Itu, Supaya "Sedulur Papat Kelima Pancer" Atau Sanghyang Panca Maha Butha Semua Mendapat Bagian Sesuai Dengan Jumlah Neptu Yang Ada Padanya.

2. Status Caru Ayam Brumbun, Dengan Olahan 33 Porsi (Tanding) Kita Haturkan Kepada Ida Sanghyang Panca Maha Butha Yaitu: I BHUTA PUTIH , I BHUTA BAANG, I BHUTA KUNING, I BHUTA IRENG, DAN I BHUTA MANCA WARNA. Boleh Juga Disebut Dengan I BHUTA JANGGITAN, I BHUTA KERUNA, I BHUTA LEMBUKA/LEMBU KANUA, I BHUTA LANGKIR, I BHUTA KALA DENGEN/I BUTA ANGGA SAKTI.

3. Canang Raka Daksina Dan Tirta Yang Di Tempatkan Pada Sanggah Cucuk, Kita Haturkan Kepada Sang hyang Tiga Sakti Dan Sang Hyang Widhi Wasa Sebagai Maha Ibu, Sebagai Penembahan Pada Pura Tri Kayangan Karena Kita Telah Dibukakannya Pintu Lahir Dari Rahim Ibu.

4. Pada Pintu Keluar masuk Pekarangan (Lebuh), Kita Buatkan Dan Haturkan Sesajen Berupa Nasi Mecahcah atau Nasi ditakir Sejumlah 108 Dan Iwaknya Jeroan Ayam/Babi. Apabila Upacara Mecaru Sudah Kita Lakukan dipelataran Sanggah/Merajan, Dipelataran Rumah dan di Lebuh, Berarti Kita Telah Selesai Melakukan Upacara Peringatan Ketika Kita Baru Dilahirkan dari Rahim Ibu.

5. Adapun Makna Yang Terkandung di Dalam Nasi Cahcah Sejumlah 108 dan Iwak Jeron Ayam dan Babi Adalah Sebagai Berikut :

  1. Nasi Cahcah Sejumlah 108, Maksudnya diPetik dari Neptunya Unsur Panas = 9 = 33 X 3 = 99 + 9 Sebagai Penghubung Sehingga Menjadi 108. Kenapa ada Plus 9? Karena di Perhitungkan dari Pada Kurang, Sebaiknya diberi Lebih.
  2. Iwak Jeroan Ayam/Babi, Kejadian ini Menggambarkan Isi Perut Yaitu Mengungkap Kehidupan Manusia Ketika Masih Berada Dalam Jro Garbaning Ibu. dengan Mempersembahkan Nasi Cahcah 108 dan Iwak Jeroan, Berarti Kita Sudah Selesai Melakukan Upacara Peringatan Kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Sebagai Maha Ibu Baik Semasih Dalam Kandungan Maupun Sampai Kelahirannyatiba.
  3. Yang Diberi Nasi Cahcah Berisi Iwak Jeroan Adalah : Ida Betara Dalem Yang Disebut Betara Durga dan Boleh Pula Disebut Sanghyang Sunia Mertha dan Segenap Merencangan Beliau.
  4. Sesajen Berupa Canang Raka Daksian dan Selengkapnya Ditempatkan Pada Sanggah Cucuk, Dihaturkan Kepada Ida Betara Surya, Kalau Seperti Ini Cara Kita Mempersembahkan Sesajen Caru Nasi Cahcah Berisi Iwak Jeroan Pada Lebuh Berarti Akan Tepatlah Sesananya Yang Dituju. Jadi Dapat Disimpulkan Bahwa Lahirnya Sanghyang Panca Maha Butha Adalah Berasal Dari Sifat Beliau Sang Hyang Widhi Wasa Sebagai Maha Ibu.
  1. Untuk Menjalankan Caru Apa Saja, Asal Hanya Satu Porsi Saja, Misalnya : Memakai Ayam, Bebek,Atau Binatang Lainya Yang Penting Satu Ekor Bisa Memakai Mantram Dibawah Ini:

Mantram :

        "Ong, Rah Kaki Betara Kala, Nini Betara Kali, Muah I Buta Saigon-Igon, Sang Kala Ngadang, Sang Kala Ranjingan. Iki Tadah Sajinira Ring Kelasa Manca Warna Ijak Sawadwan Sira Kabeh, Aja Acilan Aja Puranga, Asing Kirang Asing Luput, Mangda Enak Sira Amukti ...... (Sebut Caru Ayam Brumbun) Manut Urip, Yan Sire Sampun Wus Mangan Nginum, Mantuk Tesira Ring Dang Kahyang Gania Soang-Soang"


 

  1. Setelah Itu Baru Percikan Tirta Sesuai Neptu Dari Bintang yang Dipakai Misalnya:

    A. Ayam Putih         = 5.2.11

    B. Ayam Biing (Merah)    = 9.4.13

    C. Ayam Putih Sinungan    = 7.7.15

    D. Ayam Hitam        = 4.9.17

    E. Ayam Brumbun        = 8.1.6


     

        Bila Pecaruan Itu Olahannya Ayam Brumbun 33 Tanding (33 Porsi) Baru Kemudian Percikan Tirta Selain : 8.1.6 Juga Ditambahkan Lagi Dengan Hitungan Yaitu : 5.9.7.4.8 Dan Tiap-tiap Angka Sekian Kali Percikanya, Ikuti Sesuai Angka Tersebut diatas.

    SADURANQ


     

Rabu, 03 November 2010

BELAJAR CARI YANG TERBAIK BUAT PASUTRI

Penelitian ilmiah mengungkap bahwa kedekatan suami terhadap istri akan membuat istri semakin bergairah terhadap seks. Jika sekarang banyak kasus istri kehilangan hasrat seks, ini mungkin bisa saja disebabkan oleh kurang dekatnya suami terhadap istri.

Hal inilah yang kerap menjadi pertanyaan banyak suami. Mengapa istri kurang "hot" bercintanya? Dr Gian Gonzaga, peneliti dari University of California Los Angeles (UCLA) memandang bahwa suami harus menjaga sikap baik dan sikap kasih sayang terhadap istri. Dari sikap yang positif itulah, nantinya sang istri akan selalu bergairah bila berdekatan dengan suami.

Secara tak langsung, birahi dan gairah seks istri akan berkembang mengikuti suasana hatinya. Bila perasaan istri selalu nyaman dan tentram berdekatan dengan suami, istri akan semakin bernafsu untuk bercinta. Hal yang sepele ini terkadang selalu dilupakan oleh pasangan lelaki. Salah satu penyebab hilangnya gairah istri, tak lain adalah karena sikap suami terhadap sang istri itu sendiri.

Jadi, jika ingin istri selalu bergairah saat bercinta, dianjurkan pada para suami untuk introspeksi diri. Benahi perlakuannya terhadap istri, ini adalah langkah yang positif untuk dilakukan oleh para suami. Sebagaimana yang diketahui, gairah seks perempuan itu lebih mengarah pada perasaan dan kondisi hatinya. Jika suasana hati perempuan sedang labil, gairah cintanya pun akan ikut menurun. Inilah hal yang perlu dikaji oleh setiap pasangan lelaki.

Sikap kasih sayang suami terhadap istri itu bisa ditunjukkan melalui sikap dan perhatian. Menurut survey, ada beberapa contoh sikap yang sangat disukai oleh istri, dan sikap inilah yang nantinya akan sangat mempengaruhi suasana hati sang istri. Misalnya, lelaki selalu memberikan kecupan sayang kepada istri, membudayakan kata maaf di dalam hubungan cinta, memberi hadiah-hadiah kecil kepada istri, selalu mengajak istri bersenda-gurau, mengajak istri ke tempat nostalgia, membelai sayang di kala berduaan.

Selain itu ada juga sikap positif suami yang lainnya, seperti bersedia membantu istri dengan suka rela tanpa harus diminta, membiasakan menggenggam tangan istri di saat-saat tertentu dan meninggalkan kebiasaan buruk yang tak disukai istri. Sikap-sikap positif di atas akan mendekatkan para suami pada pasangannya. Inilah yang nantinya akan berkembang menjadi sebuah kehangatan sikap istri.

Tanpa disadari, gairah seks istri pun akan bisa semakin baik. Dr Patti Britton, President of the Foundation for Scientific Study or Sexuality, New York, Amerika Serikat menyebut bahwa sikap suami seperti ini adalah salah satu bentuk terapi yang ampuh untuk mengembalikan gairah istri yang kian menurun. Bahkan, cara ini disebut-sebut sebagai cara yang paling efektif untuk mengembalikan gairah seks istri. Jadi bagi para suami yang ingin istrinya kembali "hot" di ranjang, benahilah sikap dan perlakuan pada istri.

SADURANQ>>editorialq

MENCARI KEBAHAGIAAN

MENCARI KEBAHAGIAAN


 

Manusia adalah makhluk kebiasaan dan semua system kepercayaan, nilai,aturan atau gampangnya sifat yang ada dalam diri kita semuanya terbentuk dari pengalaman atau masa lalu kita.

Bila susah buat diri kita untuk berpikir positif itu tidak lain karena pohon positif dalam pikiran kita jarang diberi makan,ketika perasaan iiri dengki dominan dalam dri kita,itu bukan karena kejadian luar atau orang lain yang menyebabkannya, semua adalah peran kita dalam memupuk kesuburan.

Tubuh dan pikiran kita hari ini terjadi karena apa yang kita lakukan dan pikirkan pada masa lalu,tubuh dan pikiran apa yang anda lihat pada masa depan, tergantung pada apa yang anda lakukan dan pikirkan mulai saat ini dan kedepannya.

Kejadian eksternal akan meningkatkan cara berpikir seseorang bila ditambahkan sebuah syarat, dan syarat penting itu adalah bila orang yang mengalami sebuah kejadian mengambil pelajaran darinya.

Masalah penting yang kita hadapi tidak dapat kita oecahkan pada tingkatberpikir yang samaseperti ketika kita mencipttakan masalah terseebut.

Ingatlah di saat kemampuan kita kecil,masalah terlihat sangat besar dan begitu kemampuan kita besar masalah masalah tersebut menjadi pernak pernik yang kecil yang membuat kehidupan tampak berkilau.

TO KNOW BUT NOT TO DO IS NOT YET TO KNOW.

Kita adalah apa yang kita lakukan berulang ulang,…. Maka, keunggulan bukanlah suatu perbuatan , melainkan hasil dari kebiasaan,

Bersikap rendah hati , menyadari bahwa masih banyak kekurangan adalah suatu syarat penting lainnya dalam belajar.

Mengetahui bahwa kita tidak tahu apa apa adalah awal dari kebijaksanaan.

Dalam bahasa sansekerta Guru berasal dari kata gu =kegelapan ru= menghilangkan, jadi guru adalah dia yang menghilangkan kegelapan,seseorang yang membawa cahaya seseorang yang membawa terang dalam hidup kita.

Orang orang yang menyulitkan adalah sebenarnya adalah guru guru kita.

Aku belajar diam dari yang cerewet, toleransi dari yang tidak toleran dan kebaikan dari yang jahat.namun anehnya aku tidak pernah merasa berterimakasih kepada gurur guruku ini.

Anggaplah setiap orang yang berjalan di bumi ini sudah tercerahkan kecuali diri kita sendiri

Pada akhirnya kita akan sangat sangat berterima kasih kepada orang orang yang yang membuat diri sulit.

Setiap orang menjadi guru,setiap orang menjadi sekolah setiap waktu adalah jam pelajaran.

Belajar sesuatu yang baru,membaca,mengikuti seminar untuk mendapatkan ilmu baru bukanlah hal yang susah.membagikan apa yang bdidapat dengan cara dan sudut pandang yang berbeda perlu latihan,namun bukan hal yang berat jika dibandungkan dengan WALK THE TALK.

Sabar tidak harus menunggu tua, mereka yang sabar dan yang tidak sabar hanya dibedakan oleh satu hal,yaitu program atau kata kata yang tertanam dalam otaknya.

Mulailah dari hal hal kecil

Pria dan wanita sangatlah berbeda dalam berpikir ,merasakan,memahami,bereaksi,dan mencintai.mereka seolah olah dari planet yang berbeda.

Setelah kita belajar banyak tentang bagaimana memulai bisnis,bagaimana meningkatkan karier,dan bagaimana kita mengembangkan uang, suda cukupkah kita belajar tentang pasangan kita ,sudahkah kita belajar mengatasi tantangan yang akan timbul dalam rumah tangga,

HMMM SOMETHING TO THINK ABOUT ?

WANITA BERBICARA TANPA MENGHARAP SOLUSI.MEREKA BERBICARA UNTUK MELEPAS APA YANG DIRASA DALAM DIRINYA,DAN INI MENJAKANNYA LEBIH RINGAN MENJALANI HIDUPMNYA

Berbagi,Menangis.berpeluk.

Untuk bertahan hidup , kita membutuhkan empat pelukan sehari.untuk kesehatan ,kita butuh delapan pelukan sehari,untuk kebahagiaan,pertumbuhan,awet muda kita perlu 12 pelukan sehari.

Ketakutan akan kemalangan yang akan terjadi dapat menjadikan kita lebih sengsara daripada saat tibanya kemalangan itu, yang mungkin terjadi atau tidak.

Dari awal sampai berakhirnya penciptaan ini,ketikdakpastian adalah suatu kepastian, namun kekawatiran kita adalah sebuah pilihan ,bukan?

Selain percaya penuh bahwa alam memberikan yang terbaik serta berserah total pada Pencipta,alangkah indahnya bila kita bisamengajak puasa akar prilakuyang menyebabkan kita mempunyai kebiasaan cemas dan khawatir.

MENGETAHUI MUNCULNYA BANYAK KERUGIAN DARI KECEMASAN ADALAH SEBUAH AWAL YANG BAIK.MEMBIARKAN DIRI UNTUK TIDAK BERHUBUNGAN TERLALU INTIM DENGAN SUMBER SUMBER KEKHAWATIRAN ADALAH LANGKAH LANJUTAN YANG TEPAT.

Adalah suatu kesalahan jika kita memisahkan antara tubuh dan pikiran

Gerakan bersujud yang hamper dilakukan semua umat beragama atau kepercayaan dalam berdoa (atau dalam yoga disebut child pose?pose anak) deteliti mampu membawa seseorang dalam keadaan rileks.

OUR EMOTION IS CREATED BY OUR EMOTION.

HAVE A WONDERFUL LIFE

Kalau dipikir piker,apapun yang kita lakukan dalam mencari kesenangan atau mengumpulkan materi tujuanya adalah untuk mendapatkan kedamaian pikiran.

Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri ,apa misi kita dalam hidup ini? Pastinya ,kita bukan hidup untuk sekedar lahir ,menikan,meneruskan keturunan dan pulang kembali.

Dari sini kita bias hidup dan bekerja karena pilihan,BUKAN PELUANG.

DIMANA HAIMU BERADA DISANALAH HARTAMU TERLETAK.

MENGENAL DIRI SENDIRI MERUPAKAN KUNCI PENTING UNTUK MEMBUKA PINTU UNTUK MELANGKAH DALAM HIDUP INI.

Kamis, 26 Agustus 2010

pIKIran aDAlah sebuah BanDuL


 

PIKIRAN ADALAH SEBUAH BANDUL.....

Sepanjang hidup manusia,pikiran jarang sekali berada pada tempat aslinya,pikiran selalu bergerak dua arah kedepan dan kebelakang bagaikan ayun babandulan mainan anak anak. Pikiranselalu menjelajah kemasa depan dan menjelajah ke masa lalu,diantara daya kayal kita. Bila pikiran jauh menghayal,melayang ,menerawang kedepan maka pikiran akan memunculkanrasa taku waswas dan kecemasan serta disisi kedua akan muncul harapan harapan ataupun optimisme,dan saat pikiran berbalik kebelakang akan muncul juga dua perasaan, dimana kita akan mengenang masa masa indah dan hati akan bahagia tersenyum, dan penyssalan atas perbuatanatas perbutan yang dilakukan masa lalu.suasana kehidupan kita sangat dipengaruhi oleh kemana paling sering fokus kitadiarahkan.ada suatu persamaan bila kita menenggok prestasi dari orang orang luar biasayang pernah hidup di dunia ini.mereka sama sama berfokus pada apa yang mereka inginkan ,BUKAN PADA KETAKUTAN DAN KEKAWATIRAN.tokoh tokoh dunia yang terkenal pada awalnya mereka adalah orang yang biasa.bahkan tidak sedikit dari mereka terlahir dari KEKURANGAN dalam diri ataupun lingkungannya.fokus dengan yang ada dan yangdapat dilakukan untuk mengejar keinginan terdalam, inilah kunci dari para tokoh tokoh dunia,seperti Bunda theresia, Mahatma ghandi , waktu mereka tidak dipergunakan untuk PERDEBATAN,MENGKRITIK ATAU MENYALAHKAN PEMERINTAHAN, tetapi mereka berpikir dan berjuang dengan yang terbaik untuk negara.

Tidaklah asing lagi kalau kita mendengar atau membaca kalimat berikut: JANGAN BERTANY APA YANG NEGARA BISA LAKUKAN ,TETAPI BERTANYALAH APA YANG ANDA BISALAKUKAN UNTUK NEGARA,

Bertanya adalah salah satu cara yang sangat paling efektif untuk mengubah fokus,terutama bertanya pada diri sendiri.Ubahlah fokus pertanyaannya maka kita akan mendapatkan sebuah ide yang cemerlang, INGAT otak kita hanya mencari apa yang ditanyakan.,ketika pertyaannya salah , maka hasailnya tidak memuaskan , sebuah jawaban baik akan didapat sangat bergantung dari pertanyaan yang baik pula.Hidup ini sangat ditentukan ke mana fokus kita paling banyak di arahkan.

Kita selalu sering berfokus pada aspek negatif dalam hidup,pada sesuatu yang buruk.berusahalah selalu melihat kebaikan dan sesuatu yang indah disekitar kita,maka kita akan dapat mengubah tetangga dan orang orang yang hidup dilingkungan kita dan kota kita.kita dapat membawa kedamaian dan cinta kepada dunia yang sangat haus akan dua hal tersebut,

AGAMA ADALAH UNTUK MENCAPAI KEBAHAGIAAN DAN KEDAMAIAN DINIAWI SERTA AKHIRAT ,