Pengikut

Rabu, 31 Maret 2010

Sebuah saduran TUTUR BUBHUKSAH

TUTUR BUBHUKSAH

DALAM SEBUAH KAJIAN


 

Dikisahkan dua orang laki laki kakak beradik,kakaknya bernama kebo Mili dan adiknya bernama Kebo Ngraweg.kedua kakak beradik ini telah lama ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.berkat belas kasih tetangganya keduanya dipungut dan dibesarkan.Tidak sebagaimana teman sebayanya ,kedua anak ini menunjukan prilaku yang berbeda dengan teman sebayanya,tidak suka bermain , tidak suka hal hal keindahan duniawian.sudah sifatnya sejak kecil suka mempelajari tentang kebenaran,maka setelah remajapun keinginannya untuk mencari kebenaran itu semakin menjadi jadi.itulah sebabnya orang orang sekitarnya menjadi tidak suka bahkan tidak suka segan segan mengusirnya.oleh karena keadaan ini,maka keduanya memutuskan untuk mencari seorang guru dan selanjutnya ingin menjalani kehidupan layaknya seorang pendeta.


 

Dalam usaha mencari seorang guru agar berhasil sesuai dengan harapannya,mereka menuju pertapaan mandhalangu.atas penjelasan ulu Kembang,seorang siswa dari pertapaan ,seorang murid dari pertapaan tersebut,akhirnya mereka berketepatan hati untuk tidak memilih guru yang lainnya, (singkat cerita) mereka akhirnya diterima sebagai muridnya. Keduanya lalu diganti namanya,sang kakak,Kebo Mili diganti namanya menjadi Gagaking, dan sang adik Kebo Ngraweg diganti namanya menjadi Bubhuksah,setelah dirasakan cukup menuntut ilmu,mereka berdua memutuskan untuk pergi bertapa di sebuah gunung.Akhirnya mereka sampai di sebuah gunung lalu membuat pertapaan. Sang Gagaking, mengambil tempat sebelah baratmenghadap ketimur,sedangkan adiknya sang Bubhuksah mengambil tempat sebelah timur menghadap kebarat . di tengah tengah di bangun sebuah balai tempat bercengkrama dan berdiskusi.


 

Dalam hidupnya kedua kakak beradik ini mengambil jalan yang berbeda.Sang Gagaking menjalankan tapanya dengan memakan makanan yang tidak bernyawa (paham suda Sridanta) dan memuja langit.Dilain pihak sang Bhubuksah menjalankan tapanya dengan cara Bherawa,yakni memakan makanan yang bernyawa termasuk binatang binatang yang menjijikan sekalipun.Tidak terkucuali ,binatang apapun yang masuk perangkapnya pasti disembelih.


 

Perbedaan cara hidup in menyebabkan Gagakhing gelisah dan diyakini bahwa apa yang dilakukan oleh Bhubuksah ini telah melanggar cara seorang pertapa.Berkali kali gGagaking menasehatinya tetapi tidk berhasil.Bhubuksah yakin apa yang dia lakoni itu adalah tapa juga.Bhubuksah memahami bahwa jiwa itu adalah tunggal dan bersama tapanya itu berharap jiwa itu segera menyatu kembali keasalnya.Bhubuksah yakin benar bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai alam sorga. Keduanya selalu berdebat dan bersikukuh bahwa apa yang dilakukannyaitu adalah yang terbaik.


 

Pada puncak tapanya membuat keadaan surga terusik. Dewa Indra lalu melaporkan kepada Dewa Siwa(Batara Guru) bahwa ada dua prang pertapa yang sama sama sakti ingin berebut sorga. Dewa Siwa lalu mengutus Kala Wijaya untuk menyamar sebagai harimau Putih untuk mengujinya, siapa salah satu dari mereka yang tyaga pati, dialah ynag berhak masuk sorga. Dalam mengujinya itu, harimau putih mendatangiGagaking dengan mengatakan ingin memakannya karena telah berjanji untuk memangsa seorang pertapa .Ternyata Gagaking Tidak tyaga pati,tidak mau dimkakan oleh harimau putih bahkan dia menyuruh untuk harimau putih mendatangi adiknya,Bhubuksah,Oleh harimau putih dikatakannya bahwa Gagaking hanya pandai bicara. Selanjutnya, harimau putih mendadatangi Bhubuksah . Bhubuksah lalu mohon waktu sebentar untuk mengambil binatang yang masuk perangkapnya.Setelah itu Bhubuksah menyerahkan dirinya untuk dimangsa oleh Harimau putih untuk segera memangsa dirinya . Ternyata Bhukbuksah melakukan tyaga Pati,Lalu harimau putih menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan dari Dewa Siwauntuk mengujinya.Kemudian Harimau putih mengajak Bhukbuksah ke sorga ,untuk menghadap kepada Dewa Siwa.Oleh karena Bhubuksah dan Gagaking se ia sekata,baik suka maupun duka, maka Gagaking pun diajak kesorga.Bhubuksah duduk di punggung harimau sedangkan Gagaking bergelantungan memegang ekor Harumauputih.Dalam hati Bhubuksah merasa kasihan melihat Gagaking bergelantungan seperti itu dan mengingatkan untuk terus berpegang kuat kuat.


 

Sesampainya di sorga ,mereka disambut para Dewalalu, mereka masing masing diberi tempat sesuai dengan tapanya,Oleh karena Bhubuksah Tyaga Pati, dia berhak mendapatkan sorga yang terbaik dan tertinggi,(sorga ketujuh).Sedangkan, Gagaking diberi sorga tingkat kelima(meru Agung tumpang Lima)lengkap dengan abdinya sebagai pahala atas tapanyayang juga sangat taat dan welas asih terhadap semua makhluk.Dewa Siwa mengingatkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan pasti akan mendapatkan pahala sesuai dengan perbuatannya ,karena semua perbutan itu telah tercatat.


 


 

Kajian nilai Agama


 

Cerita bhubuksah Gagakaking kadang kadang disebut gagangaking ataupun daganghara secara struksural dapat digolongkan sastra keagamaan yang menggambarkan secara imajiner paham siwa dan Buda melalui tokoh utama Bhubuksah dan Gagakaking. (Darmayuda 1995:10)mengatakan bahwa disebut sebuah sastra agama bila cerianya mengandung ajaran otalitas nilai nilai kejiwaan yang dipayungi alam budaya Bali yang bernapaskan nilai nilai spiritual keagamaan.


 

Teks Tutur Bhubuksah cenderung bersifat Guruistik yang mengambil sumber dari doktrin siwa(Batara Guru) sebagai Dewa Tertinggi. Gagakaking mewakili doktrin siwa sedangkan Bhubuksah mewakili doktri Bhuda..Sebagai kita pahami bersama bahwa aliran siwa buda di Bali walau berasal dari sumber yang sama tetapi masing masing menampakan pula karakteryang berbeda.namun demikian, keduanya mempunyai cita cita yang sama yakni dalam usaha pencapaianpembebasan jiwa yang sempurna dengan memakai jalan yang berbeda. Demikianlah yang di siratkan dalam tutur Bhubuksah.

Dalam cerita Bhubuksah ini perbedaan karakter tersebut tampak jelas digambarkan melalui dua tokoh utamatersebut diatas.Keduanya bersaudara kandung mengalami problema hidup sama, berguru yang sama kemudian bertapa pada tempat yang sama pula. Perbedaan karakter barulah tampak jelas digambarkan setelah mereka mandiri mendirikan pesraman sebagai tempat untuk bertapa.sang kakak, Gagakaking memilih di barat menghadap ketimur seolah olah menyongsong dan memuja matahari, sedang bhubksah memilih tempat di timur menghadap kebarat se olah olah menyongsong dan memuja rembulan.


 

Dengan latar seperti tersebut diatas. Maka kajian nilai agama terhadap cerita Bhubuksah ini sudah tentu berangkat dari peristiwa kedua prilakuyang di timbulkan oleh kedua tokoh tersebut di atas.


 

Disadur dari buku, kajian tutur bhubuksah